Sebagai pusat pemerintahan sejak era kolonial Hindia Belanda hingga saat ini, keberadaan Jakarta dikenal sebagai salah satu kota dengan sistem pertahanan yang baik serta lengkap. Upaya penguatan sistem pertahanan itu dapat dilihat dari beberapa pembangunan bastion atau biasa disebut benteng yang tersebar beberapa titik di Jakarta, kondisi benteng-benteng tersebut ada yang masih terawat, ada yang dibiarkan terbengkalai dan ada pula yang beralih fungsi lahan bekas berdirinya benteng. Bahkan ada benteng yang tercatat dalam sejarah namun belum diketahui lokasi pasti benteng tersebut saat ini, dalam tulisan kali ini kitabaca.org mencoba menyajikan informasi beberapa benteng yang sempat kami kunjungi.
1. Benteng Martello
Jika kita plesiran di Teluk Jakarta menuju kepulauan seribu, baru saja beberapa menit melaut nampak langsung disambut oleh lambaian sebuah bangunan yang terbuat dari tumpukan bata merah . Saat kapal cepat semakin mendekat dengan bangunan yang tampak terlihat kokoh, berarti tandanya kita akan sampai di ujung Pulau Kelor Kepulauan Seribu, bangunan merah tersebut bernama Benteng Martello. Pulau Kelor sendiri merupakan gugusan dari tiga buah pulau yang berfungsi sebagai benteng awal pertahanan kota. Benteng Martello sendiri merupakan benteng menara yang berbentuk bundar layaknya sebuah tabung.
Menurut informasi yang kami himpun dari lokasi, didapatkan bahwa ketinggian dari bangunan ini adalah sembilan meter dari permukaan laut. Berikutnya benteng ini memiliki diameter luar empat belas meter dengan ketebalan dinding dua setengah meter. Bahan yang digunakan sebagai pembuat benteng adalah batu merah berukuran 27 x 10 x 5 centimeter. Dari papan informasi di lokasi benteng tersebut, diterangkan pula bahwa benteng dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1850 sebagai bagian dari sistem pertahanan laut kota Batavia dari serangan musuh lewat jalur laut.
Benteng ini sebagai bagian rencana Belanda mengembangkan sistem pertahanan Nieuwe Hollandse Waterlinie, antara lain dengan pembangunan Benteng Martello yang berfungsi sebagai benteng pertahanan dan juga sekaligus menara pengintai. Benteng ini bisa dikunjungi oleh wisatawan umum melalui dermaga kamal muara atau marlina ancol, biasanya setiap weekend pagi banyak kapal motor nelayan maupun kapal laut cepat yang melayani perjalanan menuju Pulau Kelor, Pulau Cipir dan Pulau Onrust untuk menikmati wisata alam bernuansa sejarah di Kepulauan Seribu.
2. Benteng Batavia (Kastel Batavia)
Kawasan kota tua yang selalu ramai pengunjung biasanya terpusat di sekitar Taman Fatahillah, padahal jika kita mau menelusuri ke arah utara kota tua akan dijumpai beberapa peninggalan sejarah yang sudah berdiri berabad-abad lamanya. Kita bisa menemui Pelabuhan Sunda Kelapa, Menara Syahbandar, Galangan VOC serta ada Benteng Batavia yang memiliki nilai sejarah sangat penting perannya. Tidak jauh dari pelabuhan Sunda Kelapa terdapat sebuah jalan yang bernama Jalan Tongkol, masuk melalui gapura yang terletak di bantaran sungai hingga sampai di ujung jalan kemudian belok ke kanan.
Kastel Batavia yang berusia 400 tahun ini memiliki peranan sangat penting dalam pertahanan kota, tidak banyak sumber informasi yang tertera di lokasi benteng tersebut. Hanya sebuah papan buatan Universitas Indonesia yang bisa dijadikan rujukan menggali informasi tentang keberadaan benteng, kami juga menemukan informasi lainnya bahwa sejauh ini catatan penelitian tentang Kastel Batavia baru dimulai pada tahun 1940. Penelitian ini dilakukan oleh Willem Frederik Stuterheim (1892-1942), peneliti pada Oudheidkundige Dienst, atau Jawatan Purbakala Hindia Belanda.
Benteng Batavia terdiri dari empat bagian benteng, di selatan benteng terdapat Bastion Diamant dan Bastion Robijn. Sedangkan bagian utara benteng bernama Bastion Saphier serta Bastion Parel, dari keempat bastion tersebut beberapa waktu lalu dilakukan kegiatan ekskavasi atau penggalian di area benteng oleh tim arkeolog untuk mengungkap kembali informasi yang belum utuh tersampaikan, dari kegiatan penggalian tersebut ditemukan pondasi bastion Saphier serta pecahan keramik maupun perkakas yang sempat terpajang ketika benteng berdiri kokoh 400 tahun silam lalu.
3. Benteng Ancol
Popularitas nama Ancol sudah sangat terkenal di kalangan wisatawan lokal maupun wisatawan internasional, Ancol memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan karena beragamnya pilihan objek wisata maupun keindahan pantainya. Namun tak ada yang menyangka ternyata di Ancol ada sebuah bangunan yang sempat dijadikan Benteng Belanda atau Bastion Ancol yang terletak diantara sungai Ancol (Antjole Vaart). Benteng Ancol saat ini lokasinya di Jl.Pasir Putih Kecamatan Pademangan Jakarta Utara, jaraknya tidak jauh dari pintu timur gerbang masuk Taman Impian Jaya Ancol.
Ketika kita melihat sebuah lukisan buah karya Johannes Rach dibuat pada tahun 1775, maka bisa diperkirakan Benteng Ancol dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda pada abad 17. Informasi yang kami telusuri berdasarkan ulasan di laman http://encyclopedia.jakarta-tourism.go.id didapatkan bahwa Benteng Ancol dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1920 yang diprakarsai oleh Koninklijk Leger atau angkatan perang Hindia Belanda sebagai benteng pertahanan Batavia bagian utara
Di seberang benteng yang lokasinya sekitar Stasiun Ancol terdapat pos menara pantau yang diduga seusia dengan Benteng, ada pula bangunan tua seperti gudang yang masih bagian dari Benteng Ancol tersebut, fungsi ketiga bangunan yang disebutkan di atas memiliki fungsi sebagai gudang senjata (wapenkamer), dan senjata-senjata tersebut disuplai oleh Batavia keberbagai kota lainnya melalui jalur kereta api lewat Stasiun Ancol. Agar Belanda tetap aman menjaga daerah jajahannya di Batavia, maka sudah disiapkan berbagai upaya nyata berupa pembangunan perlengkapan pertahanannya yang sampai saat ini masih berdiri kokoh
4. Benteng Frederik Hendrik
Benteng terakhir yang akan kita ulas adalah Bastion Frederik Hendrik yang dibangun pada 1834 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang ke 43, Johannes Graaf van den Bosch merupakan pusat pertahanan Batavia di Weltevreden (saat ini sekitar Djuanda dan Medan Merdeka Jakarta Pusat). Namun pada tahun 1954 benteng yang menjadi simbol keangkuhan kolonialisme pada abad ke-19 di Kota Batavia itu diruntuhkan atas perintah Presiden Soekarno . Dan saat ini lahan bekas reruntuhan Benteng Frederik Hendrik telah berdiri kokoh tempat ibadah umat muslim terbesar se Asia Tenggara yaitu Masjid Istiqlal.
Nama gubernur Johannes Graaf van den Bosch dikenal sebagai arsitek yang piawai dalam membangun garis pertahanan di Batavia, van den Bosch dikenal pula karena menjatuhi hukuman kepada Pangeran Diponegoro diasingkan ke Manado. Karya arsitekturnya termasuk membangun benteng ini yang berbentuk segi empat dengan bastion pada keempat sudutnya. Pada dinding-dinding benteng terdapat jendela-jendela berfungsi sebagai lubang-lubang pengintaian serta tempat menaruh meriam. Tampak juga bangunan menara segi empat, pada kedua sisinya terdapat jendela, jam dan pintu. Pada puncaknya secara samar-samar terlihat beberapa meriam yang ujung-ujungnya menjulur ke luar.
Kembali lagi ke Benteng Frederik Hendrik, pembangunannya serta peletakan batu pertama diresmikan oleh Pangeran Willem Frederik Hendrik. Bangunan benteng sendiri dirancang oleh direktur zeni di Nederland Indie, Kolonel lonkheer Carel van der Wijck, sedangkan untuk pelaksanaan pembangunannya dipercayakan pada kapten zeni IGJ George Schonermarck. Pada masa kejayaannya, Benteng Frederik Hendrik sepanjang siang sampai malam selalu dijaga tentara VOC. Bahkan setiap pukul 05.00 pagi dan pukul 20.00 malam selalu terdengar tembakan meriam, sebagai tanda bagi kalangan tentara maupun pemimpin militer agar selalu siap di segala kondisi. <PhD (tim kitabaca.org)>