PR Kita Masih Banyak
(sebuah refleksi menjelang detik-detik Hardiknas 2 mei 2018)
Bicara mengenai Pendidikan Nasional maka kita akan berbicara banyak tentang semua aspek yang terkait dalam unsur pendidikan di tanah air tercinta, Terlebih ketika bulan mei datang menyapa seperti ada angin segar yang berbisik di sanubari setiap insan pendidikan seantero bumi nusantara akan sebuah hajat dalam momentum emas yang merupakan sebuah penghormatan terhadap sosok Soewardi Soerjaningrat yang tanggal lahirnya 2 Mei 1889 dinobatkan sebagai Hari Pendidikan Nasional.
Setiap tahunnya selalu ada seremonial dengan tema berbeda yang dibarengi oleh semangat perubahan dari mulai tingkat Kementerian sampai pada sekolah-sekolah seluruh Indonesia, Tentu harapan kita bersama bahwa lewat Pendidikan akan membawa perubahan kearah kemajuan terhadap pembangunan bangsa terutama pembangunan manusianya yang akan mengisi sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Potret pendidikan di era milenial ini mendapat sorotan tersendiri baik dari sudut prestasi maupun dari sudut pekerjaan rumah yang masih dalam proses penanganan baik oleh pemerintah maupun para penggiat pendidikan dengan segenap kemampuan yang dimilikinya, Memang bukan perkara mudah menyelesaikan pekerjaan rumah meskipun rumus dan permasalahannya sudah terdeteksi, namun kondisi geografis Indonesia ditambah birokrasi yang rumit semakin menguras waktu dan energi untuk menyelesaikan pekerjaan rumah ini.
Masih segar dalam ingatan kita setelah pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer tingkat SMA ditahun ini diwarnai suara-suara kritis terhadap bentuk soal yang dinilai belum mampu mencerminkan sebuah kemajuan lewat pendidikan, Terlebih yang protes di berbagai sosial media itu adalah generasi yang akan memasuki usia produktif yang merupakan produk dari pendidikan nasional itu sendiri,
Fenomena ini jika kita lihat dari kacamata masyarakat adalah sebuah sentilan untuk pelaksanaan sistem pendidikan nasional kita.
Dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas disebutkan bahwa “Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945”, Jelas amanat konstitusi kita menginginkan bahwa nilai Ke-Indonesia-an yang merupakan karakter bangsa baik dari nilai-nilai Pancasila maupun UUD 1945 haruslah jadi landasan dalam pelaksanaan pendidikan nasional, Serta ending proses pendidikan haruslah menghasilkan produk berupa manusia-manusia Indonesia berkarakter ketimuran.
Struktur kurikulum dalam UU No.20 Tahun 2003 Bab X Pasal 37 sangatlah jelas tidak terdapatnya Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila, padahal mata pelajaran ini adalah pondasi utama untuk membangun manusia-manusia yang berkarakter Indonesia. Kurikulumpun belum bisa bicara banyak memenuhi tuntutan Industri maupun bidang lainnya.Bobot kurikulum yang masih harus dirampingkan nampaknya jadi tambahan PR pendidikan kita. Kurikulum yang cenderung lebih berbasis nilai akademis ketimbang nilai karakter masih terus jadi perdebatan.
Guru yang disibukkan dengan setumpuk administrasi menambah beban mereka yang seharusnya diperingan karena sudah berat dengan tupoksinya sebagai pendidik dan pengajar. Budaya Literasi baik ditingkat siswa dan seluruh civitas akademika masih perlu dimaksimalkan dalam kemasan semua kegiatan pendidikan, Apalagi peringkat Literasi Indonesia masih perlu kerja keras untuk beranjak naik.
Anggaran pendidikan yang sudah ditanggung oleh 20% dari APBN haruslah dimaksimalkan pemanfaatannya agar bisa tercipta pemerataan pendidikan, Kesejahteraan guru baik guru pns serta guru swasta semoga lekas terwujud agar spirit dalam mendidik dan mengajar semakin bergairah.
Kemendikbud dan Kemenristekdikti yang diberikan amanat oleh negara dalam mengelola pendidikan nasional haruslah bersinergi dengan segala elemen masyarakat yang ada untuk menciptakan terobosan dalam dunia pendidikan, Terlebih PR pendidikan nasional kita teramat banyak dan tersebar merata dengan berbagai problematika berbeda. Kesadaran seluruh lapisan masyarakat bahwa ini adalah PR bersama masih harus digaungkan agar merasakan betapa Pentingnya pendidikan dalam membangun manusia-manusia yang unggul serta visioner.
Selamat merayakan hari pendidikan nasional 2018, Yakinlah bahwa angin segar kemajuan pendidikan nasional masih akan berhembus keseluruh pelosok nusantara.
Salam Literasi,
Hadi Hadede
Guru SMAI Al Azhar Kelapa Gading Jakarta
catur restyanta
Mei 2, 2018 at 10:37 am
Super sekali tulisannya pak
kitabaca
Mei 3, 2018 at 9:30 am
terima kasih ibu.
Isma Silvia Ningsih
Mei 2, 2018 at 2:57 pm
Semoga pendidikan di Indonesia terus membaik dan seluruh guru di Indonesia selalu diberikan semangat dalam mendidik anak bangsa.
kitabaca
Mei 3, 2018 at 9:29 am
semoga. terima kasih atas dukungan tulisannya. tetap semangat demi kelanjutan generasi bangsa. amin
Agung (Tutor Diktara)
Mei 5, 2018 at 1:55 pm
Refleksi juga terhadap hasil UN peserta didik yang kabarnya semenjak UN tidak lagi menjadi penentu kelulusan menjadi merosot. Saya belum tau pasti tingkat kemerosotannya, balitbang yang pasti lebih tahu (Puspendik). Hasil UN yang difungsikan juga sebagai barometer hasil belajar secara nasional harusnya tetap dijadikan moment sakral bagi penyelenggara, pengelola, pendidik, dan semua unsur yang terlibat, khususnya peserta didik.
Semoga pendidikan di Indonesia semakin berkembang, berkualitas, bermutu, dan bermartabat. Ditangan kita (penggiat pendidikan) arah pembangunan anak-anak bangsa, dan tenaga pendidik menjadi garda terdepannya.
Salam literasi
Hadi Hadede
Mei 7, 2018 at 7:36 am
Ujian Nasional sering kali menjadi momok yang menakutkan bagi siswa, terutama ketika masih jadi penentu kelulusan sekolah. Namun hal itu berbalik ketika Mas Anies Baswedan mengambil kebijakan bahwa UN hanya untuk pemetaan pendidikan.
Langkah Anies Baswedan sudah sangat sesuai dengan amanat konstitusi, dan sudah seharusnya prestasi pendidikan terus meningkat bagi siapapun sosok yang melanjutkan memimpin lembaga pendidikan tingkat nasional tersebut.
Pendidikan adalah proses, dan di tangan guru-guru lah proses tersebut diserahkan sepenuhnya agar hasilnya maksimal, tidak hanya nilai akademisnya saja namun yang lebih penting adalah karakter dan budipekerti yang saat ini harus bisa jadi prioritas
Pendidikan harus membanggakan,Sekolah harus menyenangkan, Guru Sejahtera Siswa Bahagia