Close

LORONG WAKTU ITU BERNAMA SEMEDO

Semedo bukanlah nama alat canggih yang bisa membawa kita ke masa lalu ataupun masa depan, bukan juga nama aplikasi yang membuat kita rela memanfaatkannya untuk mempermudah sebuah urusan di era serba digital ini. Namun Semedo bisa membawa kita melihat serta membayangkan kehidupan jutaan tahun lalu yang tersaji dengan apik serta alamiah sehingga kita akan takjub dibuatnya. Nama Semedo sendiri belum lah terkenal seperti nama Jakarta atau nama tempat lainnya yang ada di Republik Indonesia.


Semedo adalah nama sebuah desa yang terletak di Kecamatan Kedung Banteng Kabupaten Tegal Provinsi Jawa Tengah, dibalik nama sederhana itu tersimpan rahasia kekuasaan Allah SWT yang tertanam dalam hutan belantara serta perbukitan selama jutaan tahun silam. Lewat hambanya bernama Dakri tabir itu mulai terbuka sekitar 37 tahun yang lalu, melalui mimpi menggali sebuah titik ditengah hutan yang dialaminya beberapa kali, Pak Dakri akhirnya memberanikan diri untuk pergi ke tengah hutan esok harinya.


Setelah sampai di tengah hutan desa Semedo, Pak Dakri mencoba mengingat titik penggalian yang selalu membayangi dalam mimpinya. Akhirnya atas keyakinan dan ikhtiar untuk mengungkap kegelisahannya itu, Pak Dakri menemui sebuah titik ditepian sungai mengering yang sesuai dengan mimpinya, dan penggalian titik itupun dimulai dengan sebuah doa agar dirinya selamat. Penggalian tanah dengan alat sederhana serta seadanya itu tak sampai seharian langsung membuahkan hasil, sebuah fosil yang saat itu belum diketahui jenisnya berhasil ditemukan.


Pak Dakri yang terkejut dengan temuan itu akhirnya melanjutkan kembali aktivitas penggaliannya hingga sore hari, terkumpullah beberapa fosil yang misterius itu dan dibawa pulang untuk disimpan pada wadah sederhana yang ada dirumahnya. Keesokan harinya Pak Dakri cerita kepada dua sahabatnya Pak Duman dan Pak Sunardi perihal temuan itu, hingga akhirnya mereka bertiga menggali serta menemukan ribuan fosil sejak tahun 1985 -1987 yang ternyata fosil-fosil tersebut sangat berharga dalam sejarah kehidupan manusia ini.


Dalam ilmu arkeologi, kegiatan yang dilakukan oleh Pak Dakri bersama temannya dikenal dengan sebutan ekskavasi. Biasanya kegiatan tersebut dilakukan oleh para ilmuwan dan arkeolog untuk memecahkan misteri yang tertanam dalam sebuah situs bersejarah maupun sebuah tempat yang dinilai memiliki keterkaitan dengan temuan sebelumnya. Beruntung Pak Dakri yang hanya warga desa biasa bisa menemukan ribuan fosil yang ternyata melengkapi catatan sejarah kehidupan purbakala di Tanah Air tercinta ini lewat ekskavasi secara otodidak namun tetap maksimal hasilnya.


Kabar temuan ribuan fosilpun sampai kepada Badan Arkeologi Yogyakarta dan Museum Kepurbakalaan Sangiran untuk menindaklanjuti serta terjun langsung meneliti jenis fosil yang berhasil ditemukan di Semedo, ternyata fosil yang pertama ditemukan adalah fosil gigi kerbau purba yang usianya sekitar 1,2 juta tahun lalu. Ada juga fosil gading Gajah Stegodon bahkan fosil Gajah Mastodon yang usianya sekitar 1,8 juta tahun lalu. Selain itu ditemukan juga fosil gigi Hiu Megalodon yang usianya sekitar 2,6 juta tahun lalu serta artefak manusia purba yang jarang ditemukan sebelumnya.


Puncaknya sekitar tahun 2005, Desa Semedo menjadi buah bibir para ilmuwan dan arkeolog dari berbagai negara karena temuan fosil melengkapi catatan penemuan kepurbakalaan yang ada di Indonesia bahkan dunia. Para ilmuwan dan peneliti dari Jerman, Inggris dan berbagai negara lainnya silih berganti menemui Pak Dakri untuk tukar informasi perihal jenis maupun usia fosil-fosil yang dikumpulkan di rumah Pak Dakri yang di desain menjadi pondok informasi semedo. Termasuk ilmuwan dan arkeolog dalam negeri sangat antusias berdatangan ke kediaman Pak Dakri.


Pak Dakri pun bercerita bahwa banyak sekali para kolektor yang mendatanginya, mereka membujuk Pak Dakri untuk melepas beberapa jenis fosil yang ditemukannya dengan digantikan mahar uang yang jumlahnya sangat fantastis, para kolektor itu berani menukar beberapa jenis fosil dengan uang ratusan juta bahkan miliaran rupiah. Namun keteguhan Pak Dakri tidak goyah dengan bujukan para kolektor yang mendatanginya. Pak Dakri bersama teman serta keluarganya bertekad bahwa fosil-fosil temuannya digunakan untuk keperluan ilmu pengetahuan dan pendidikan di Indonesia.


Saat ini Pak Dakri mengutus seorang putranya bernama Mas Sisworo yang akrab di panggil Mas Sis untuk menjaga serta melestarikan situs purbakala Semedo, apalagi Mas Sis sendiri juga sudah puluhan tahun ikut bersama Pak Dakri mencari fosil-fosil dengan jangkauan yang lebih luas lagi. Mas Sis yang di daulat untuk menerima para tamu yang ingin berkunjung ke Semedo, Mas Sis tak sungkan bercerita perihal perkembangan situs Semedo termasuk persiapan kegiatan menyambut peresmian besar yang sebentar lagi akan dilaksanakan para pengurus Semedo.


Ketika kami di ajak menelusuri hutan Semedo, Mas Sis meminta kami untuk merenung sejenak Semedo yang saat ini hutan diatas perbukitan banyak sekali ditemukan fosil hewan yang dulunya hidup di dasar laut, apalagi masih ada sebuah fosil hewan purba dasar laut yang menempel keras di sebuah dinding tengah hutan. Kami di ajak berimajinasi bahwa hutan diatas bukit ini jutaan tahun lalu adalah dasar laut yang menyimpan keanekaragaman kehidupan dengan berbagai macam jenis hewan yang telah punah. Benar-benar seperti di ajak menelusuri lorong waktu ke masa lalu.

MENDAPATKAN BANYAK APRESIASI DARI PEMERINTAH
Sebagai apresiasi atas temuan fosil-fosil tersebut, Pak Dakri sudah banyak sekali mendapatkan penghargaan baik dari pemerintah daerah, pemerintah provinsi maupun pemerintah pusat. Bahkan pemerintah pusat melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejak tahun 2018 sudah membuatkan sebuah Museum untuk menyimpan serta memperkenalkan kepada masyarakat umum tentang kehidupan purbakala yang ada di Semedo ataupun Indonesia. Museum ini dalam tahap penyelesaian penataan yang sudah hampir 100% menuju peresmian.


Peresmian sendiri rencananya akan langsung di resmikan oleh Presiden Republik Indonesia yaitu Bapak Ir.H. Joko Widodo dalam beberapa bulan kedepan sambil menyesuaikan jadwal kenegaraan yang sangat padat. Pemerintah Kabupaten Tegal terus berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait agar acara peresmian ini berjalan dengan lancar serta meriah agar masyarakat Indonesia dapat mengetahui bahwa Indonesia telah memiliki lagi situs sejarah kepurbakalaan yang baru bernama Semedo yang menjadi pelengkap situs sejarah kepurbakalaan yang sebelumnya sudah ada.


Kedepannya sebagai tugas dan tanggung jawab bersama, bagaimana para pengurus serta seluruh masyarakat Indonesia turut menjaga bahkan berperan aktif memperkenalkan Situs Semedo ke panggung Internasional agar nantinya nama Semedo bisa semakin mendunia, apalagi di situs Semedo sangatlah lengkap karena di dalamnya terdapat wisata religi, wisata alam, wisata sejarah serta memiliki laboratorium alam yang sangat asri untuk dikunjungi oleh siapapun yang penasaran dengan lorong waktu itu yang bernama Semedo.

Salam Literasi,
TIM kitabaca.org Hadi Hadede (PhD)
dari gang kecil untuk Indonesia Raya

svg8 min read

2 Comments

  • Efi Susilawati

    Juli 13, 2022 at 6:31 pm

    Inspiratif

    Balas
    • Hadi Hadede

      Juli 23, 2022 at 9:07 pm

      Thanks Kak Efi

      Balas

Leave a reply